Minggu, 20 April 2014

-SEBUAH PERJALANAN-

Entah kau akan mengatakan aku ini mengeluh, meracau atau apa yang jelas aku tak peduli apa tanggapanmu. Aku hanya ingin bercerita, mungkin banyak mungkin juga sedikit. Aku sedang dalam tahap yang menurutku aku bosan. Segala rutinitas yang tak mendukung perkembangan diriku membuatku sejujurnya butuh keluar dari zona ini. Mungkin sementara saja karena aku juga tak ingin terlalu terlena. Sekali saja untuk hari ini, di antara liburanku yang 3 hari haruskah aku terkungkung dalam penatnya duniaku sendiri. Maaf aku memang orang yang suka perjalanan.
            Dan di saat semuanya di luar sana menatap keindahan semesta, aku hanya seorang diri terkunkung dengan laptop kesayangan yang membuatku terus berpikir sejatinya aku ini diciptakan untuk apa? Sejatinya aku ini harus apa dan bagaimana? Tiba – tiba aku membayangkan sebuah perjalanan, dengan kereta dan bungkus makanan di samping jendela. Akan kubiarkan siluet senja menerpa wajah dan bayanganku di kaca, angin meniup benang – benang yang mencuat dari pinggiran kerudung yang membalut kepala, orang – orang di samping yang tertidur bersama mimpi mereka. Aku membayangkan sawah dan senja beradu dalam lukisan-Nya, meniupkan segala syukurku masih diberi kenikmatan luar biasa merasakannya. Aku merindukan penantian di sana yang jelas akan menjemputku ketika aku turun dari tangga kereta. Ahh…nikmatnya hidup. Aku merindukan kereta.
            Lalu setelah itu aku harus bagaimana? Aku akan berjalan, aku akan berlari bersama angin malam yang semakin dingin menusuk sampai ke tulang. Membangkitkan suasana ketika aku di lapangan memegang tongkat dengan bendera di atasnya lalu musik akan segera dimulai dan aku akan menari. Aku menikmati semua itu. Alunan tepuk yang sampai sekarang masih hangat terdengar meski tak lagi oleh orang yang sama. Rinduku pada marching band.
            Tuhan….
            Aku menghela napas. Hidupku ini sebenarnya seperti apa?
            Seperti yang kujelaskan. Aku merindukan segalanya. Aku merindukan saat kesendirian aku mampu mendengarkan debur ombak merajut segala kenangan yang patut kusyukuri. Aku merindukan bau amis lautan lepas bersama gemericik suara air terbelah ujung perahu. Aku menyukai ketika akhirnya kulitku akan semakin cokelat dan lengket karena seharian terpapar sang mentari yang selalu memberiku senyuman mesra. Aku merasakan segala kehangatan ketika malam tiba api unggun menyala. Dilingkupi kebahagiaan seorang kawan yang akan terus berdendang dengan petikan gitar tua yang sumbang. Aku merindukan cerita tentang segala perjalanan menyenangkan yang akan selalu dikenang.
            Mataku tertutup sejenak. Membayangkan saja ternyata telah menyunggingkan senyuman dan kehangatan mengalir perlahan menuju pembuluh memberi energi padaku untuk terus menulis. Membayangkan hal – hal baru yang entah pernah kutemui atau pun belum membuat sedikit kebahagiaan versiku sendiri. Aku menyukai saat akhirnya aku masuk ke dalamnya dan terus berimajinasi tanpa aturan yang harus kupatuhi.
            Perjalanan. Sebuah kenangan yang akan selalu terkenang tanpa henti. Menyembunyikan segala misteri tentang kehidupan yang akan terus diusahakan untuk digali. Menyematkan segala pikiran tentang kebaikan, kasih, dan berbagi. Melancarkan segala peluh perjuangan untuk mencapai kelegaan hati di atas segalanya. Aku merindukan. Merindukan segala sesuatu yang tak terkuak hanya lewat kata. Aku merindukan tanah kelahiran yang telah memberiku segalanya. Aku merindukan saat segala yang ada ini nantinya akan berakhir dan menjadi kenangan tersimpan rapi. Aku akan merindukan jelas.
            Sebuah perjalanan. Aku tak mengatakan ada akhir, tapi jelas akan berakhir. Suatu saat nanti entah dalam jangka berapa lama, tapi pasti.
            Hahhh…akhirnya kembali lagi ke bumi. Menapakkan segala realita dan mencari cara untuk melarikan diri dari kesunyian tanpa daya. Salam hangat dari bumi dan mentari J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar