Hufh…hari ini rasanya pengen cepet-cepet berakhir dan
berlalu. Habis ujian…rasanya pengen berlari secepat mungkin, pulang kekos,
menutup telinga dengan headphone dan menulis sepuas-puasnya. Harusnya aku bisa
lebih produktif daripada ini….harusnya (tersenyum miris)
Mungkin ini kali pertama aku menuliskan tentang apa yang
kusebut PENELITIAN-KU, padahal rasanya sejuta kata ingin kuungkap di sini. Maafkan
aku jika aku mengingkari janjiku sendiri untuk tidak mempost segala sesuatu
tentang penelitian, tentang kegalauanku, tentang perihnya memberikan separuh
waktuku untuknya. Dulu aku berpikir untuk tak mempostnya karena aku tak ingin
mengingat segala sakitnya, segala pedihnya, aku hanya ingin memberikan metamorfosa
bahagia atas prestasiku ini tanpa mengungkit kembali apa yang telah kurasakan.
Ahh…..nyatanya aku tak kuat. Lebih baik memang memendamnya sendiri, tapi aku
juga tak cukup kuat. Aku butuh pencurahan, hanay tempat curahan….yang endingnya
aku pulang buru-buru (lebih tepatnya dengan langkah loyo) sore ini, menyalakan
laptop, memasang winamp dan menyalakan music keras-keras. Sebentar saja aku
ingin menikmati duniaku sendiri.
Sekali lagi kusinggung tentang penelitian. Bukan-bukan
penelitiannya yang membuatku sebal, bukan pula aku malas jika harus tiap hari
ke lab hanya untuk mencari-cari pekerjaan sepele (seperti missal mencuci petri
yang sudah kulakukan berkali-kali hingga mungkin sudah ada 500 lebih petri yang
kucuci-gunakan-kucuci-gunakan kembali). Aku hanya akan ingat nama itu. Nama yang
selalu membuatku muak jika ingat hari ini ada jadwal ambil sample, muak jika
ingat hari ini aku harus ke lab, muak jika ingat aku masih berstatus mahasiswa
sementara dia dengan seenak jidat berlagak seolah presiden padahal seharusya
statusnya adalah ‘membantu mahasiswa’ yang ingin berusaha lulus tepat waktu.
Apa aku salah???Apa aku salah jika aku ingin setiap waktu datang ke lab hanya demi menyelesaikan seluruh pekerjaanku agar aku tak terbebani di kemudian hari?
Tapi dia beda, akh...dia lagi....
Sejak kegagalan ambil data lingkungan yang ke-2, seolah-olah tak pernah ada maaf buatku. Seolah-olah aku tak dianggap olehnya. Arrrrrrrrrrrrgggggggggggghhhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!!!!
Hari ini aku harusnya bisa menyelesaikan pekerjaanku, harusnya begitu. Tapi dia mengacuhkanku seolah aku ini seonggok daging tanpa hati yang datang meminjam kunci padanya dan pantas untuk dia acuhkan. Aku berdiri bimbang, ragu untuk menyapa ataupun bertanya. Bagiku jika berhadapan dengan orang itu, lebih baik diam daripada aku harus menelan kekecewaan.
" Pak, saya mau pinjam kunci sebelah"
Tak ada jawaban. Aku mencoba mencari kunci di laci, tak ada. "Lho, kok gak ada ya pak?"
Diam lagi. Aku bahkan tak berani menatapnya.
Aku mulai kesal. Beberapa menit kusibukkan diri dengan memberesi plastik yang berserakan (yang lebih tepatnya hanya kutata saja tanpa bermaksud lebih) menunggu respon atau apapun yang bisa menolongku. Masih diam hingga akhirnya dia berkata kepada dosen muda yang ruangnya di sebelahnya, " Rum..mau kapan?"
Mbak Arom pun menyahut, " Nanti saja Pak..."
Akh-batinku dalam hati,'Tak ada gunanya. Dia sudah menendangku sebelum aku datang kemari'
K*mp*et!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Klo boleh aku mengumpat sekarang, "Biasa aja sih pak kenapa? Kamu bukan dosenku juga, sok sok-an banget sih kerjaannya cuma menghalangi saja. Dosa tauk pak klo kayak gitu...niatku juga baik ngomongnya juga baik.....ikh....sok banget sihhhh!!!"
Fiuh....
Sudahlah, bikin kecewa saja...
-Tolong Jangan Halangi Jalanku- itu saja....