Entah kau akan mengatakan aku ini
mengeluh, meracau atau apa yang jelas aku tak peduli apa tanggapanmu. Aku hanya
ingin bercerita, mungkin banyak mungkin juga sedikit. Aku sedang dalam tahap
yang menurutku aku bosan. Segala rutinitas yang tak mendukung perkembangan
diriku membuatku sejujurnya butuh keluar dari zona ini. Mungkin sementara saja
karena aku juga tak ingin terlalu terlena. Sekali saja untuk hari ini, di
antara liburanku yang 3 hari haruskah aku terkungkung dalam penatnya duniaku
sendiri. Maaf aku memang orang yang suka perjalanan.
Dan
di saat semuanya di luar sana menatap keindahan semesta, aku hanya seorang diri
terkunkung dengan laptop kesayangan yang membuatku terus berpikir sejatinya aku
ini diciptakan untuk apa? Sejatinya aku ini harus apa dan bagaimana? Tiba –
tiba aku membayangkan sebuah perjalanan, dengan kereta dan bungkus makanan di
samping jendela. Akan kubiarkan siluet senja menerpa wajah dan bayanganku di
kaca, angin meniup benang – benang yang mencuat dari pinggiran kerudung yang
membalut kepala, orang – orang di samping yang tertidur bersama mimpi mereka.
Aku membayangkan sawah dan senja beradu dalam lukisan-Nya, meniupkan segala
syukurku masih diberi kenikmatan luar biasa merasakannya. Aku merindukan penantian
di sana yang jelas akan menjemputku ketika aku turun dari tangga kereta.
Ahh…nikmatnya hidup. Aku merindukan kereta.
Lalu
setelah itu aku harus bagaimana? Aku akan berjalan, aku akan berlari bersama
angin malam yang semakin dingin menusuk sampai ke tulang. Membangkitkan suasana
ketika aku di lapangan memegang tongkat dengan bendera di atasnya lalu musik
akan segera dimulai dan aku akan menari. Aku menikmati semua itu. Alunan tepuk
yang sampai sekarang masih hangat terdengar meski tak lagi oleh orang yang
sama. Rinduku pada marching band.
Tuhan….
Aku
menghela napas. Hidupku ini sebenarnya seperti apa?
Seperti
yang kujelaskan. Aku merindukan segalanya. Aku merindukan saat kesendirian aku
mampu mendengarkan debur ombak merajut segala kenangan yang patut kusyukuri.
Aku merindukan bau amis lautan lepas bersama gemericik suara air terbelah ujung
perahu. Aku menyukai ketika akhirnya kulitku akan semakin cokelat dan lengket
karena seharian terpapar sang mentari yang selalu memberiku senyuman mesra. Aku
merasakan segala kehangatan ketika malam tiba api unggun menyala. Dilingkupi
kebahagiaan seorang kawan yang akan terus berdendang dengan petikan gitar tua
yang sumbang. Aku merindukan cerita tentang segala perjalanan menyenangkan yang
akan selalu dikenang.
Mataku
tertutup sejenak. Membayangkan saja ternyata telah menyunggingkan senyuman dan
kehangatan mengalir perlahan menuju pembuluh memberi energi padaku untuk terus
menulis. Membayangkan hal – hal baru yang entah pernah kutemui atau pun belum
membuat sedikit kebahagiaan versiku sendiri. Aku menyukai saat akhirnya aku
masuk ke dalamnya dan terus berimajinasi tanpa aturan yang harus kupatuhi.
Perjalanan.
Sebuah kenangan yang akan selalu terkenang tanpa henti. Menyembunyikan segala
misteri tentang kehidupan yang akan terus diusahakan untuk digali. Menyematkan
segala pikiran tentang kebaikan, kasih, dan berbagi. Melancarkan segala peluh
perjuangan untuk mencapai kelegaan hati di atas segalanya. Aku merindukan.
Merindukan segala sesuatu yang tak terkuak hanya lewat kata. Aku merindukan
tanah kelahiran yang telah memberiku segalanya. Aku merindukan saat segala yang
ada ini nantinya akan berakhir dan menjadi kenangan tersimpan rapi. Aku akan
merindukan jelas.
Sebuah
perjalanan. Aku tak mengatakan ada akhir, tapi jelas akan berakhir. Suatu saat
nanti entah dalam jangka berapa lama, tapi pasti.
Hahhh…akhirnya
kembali lagi ke bumi. Menapakkan segala realita dan mencari cara untuk melarikan
diri dari kesunyian tanpa daya. Salam hangat dari bumi dan mentari J