Dan hari ini aku akan bercerita tentang makanan.
Entah karena mungkin makin kesini aku semakin menganggur jadi aku lebih sering kuliner (baca: burjo) hahaha....
Jadi ceritanya ini beberapa pengalamanku dengan makanan yang biasa menjadi luar biasa. Kok bisa??? Bisa donk...let's check this out
1. Intel Rebus Berprotein Tinggi
Intel rebus merupakan makanan yang paling sering aku pesan di burjo. Ind*mie rebus dicampur telor nggak lupa pake sawi yang agak banyak dan ditemani segelas besar p*p*c* vanilla blue. Nyam nyam...sarapan jadi cukup menggiurkan.
Ceritanya hari itu aku lagi nyidam banget intel rebus. Akhirnya setelah mencari burjo terdekat, jatuhlah pilihan pada burjo depan kost-an, selain dekat juga karena aku malas untuk mencari tempat lain
(saking laparnya). Setelah kupesan menu di atas, datanglah bersama kebul kebul tanda panasnya makanan dan langsung kusantap. Secara tradisi nenek moyang, aku nggak lupa berdoa donk (wussshhhhhh...angin semilir, wajah kinclong makinclong). Tak ada tanda - tanda mencurigakan dengan menu yang kumakan. Kusantap saja hingga hampir habis dan rehat sejenak untuk mengintip hape (sebenarnya aku makan sambil baca komik conan, secara dikost sinyal lelet dan ternyata burjo ini lumayan recommended untuk sinyal hahahahaha *ketawa setan)
Setelah beberapa saat baca, kulanjutkan menyuap beberapa mie dan kusisakan sayuran berupa sawi untuk kusantap di akhir
(kebiasaan). Kubaca lagi....kusantap lagi....kubaca lagi....kusan...
Eh-eh apa itu???
Bentuknya kecil dan agak lonjong, berwarna kuning-putih pucat (mungkin karena udah kecampur kuah kali ya), dan ADA MATANYA!!!
DAMNNN!!!
Itu ULAT coyy.....*ngelus dada
Aku krik-krik dengan ulat yang entah kenapa nangkring di salahsatu sisi mangkuk. Udah mati emang, tapi SIAL BANGET kan ternyata selama aku makan ada mayat itu ULET disitu. Masya Allah...maafin dosa saya Tuhan...hiks :'(
Setelah kejadian mengejutkan itu, aku baru sadar kemungkinan darimana asal si ulat. SAYURAN A.K.A SAWI. Weallah...mungkin saja mas burjonya nggak nyuci dengan bener tuh sawi jadinya masih nyisain ulet deh -_-".
Tapi untungnya guys, makananku sudah hampir habis. Jadi ketika kejadian melihat ulet itu menjadikanku malas melanjutkan makan, setidaknya perut sudah kenyang dan nggak sia - sia bayar.
Berpikir "Jangan - jangan tadi nggak cuma nemu satu ulet, tapi udah terlanjur kemakan"
*Ah whatever lah hahahahahaha
2. Lotis Merah
Lotis siapa sih yang nggak kenal sama segarnya dan pedes plus asem - asemnya itu. Dimana - mana orang jualan dan pasti laris manis karena Yogja emang lagi panasnya naudzubillah.
Oke, well hari ini aku harus mengikuti kerempongan salahsatu teman yang sedang mengejar yudisium. Karena aku baik hati
(sebenarnya karena sogokan traktiran sih, kan lumayan hahahaha), berangkatlah aku dan si teman mengurus itu semua. Sebelumnya kupikir akan segera kelar (karena aku pernah juga mengurusnya), ehh tapi ternyata berkali - kali salah dan di dalam kampus nggak ada fasilitas fotocopyan ataupun rental (kasian...). Walhasillah kita bolak balik keluar kampus cuma buat benerin spasi nama, kop, dsb a.k.a rempong.
Menjelang akhir kerempongan itu, di saat kami sedang menuju salahsatu rentalan yang sebelumnya kami juga ke sana, terlihatlah bapak - bapak penjual lotis. Matahari semakin terang, badan semakin lemah, tenggorokan semakin kering, perut sedikit keroyokan, akhirnya berhasillah mereka membuatku untuk mendatangi bapak sang penjual untuk menanyakan harga (kirain mau beliii, hahahaha). Yee...aku tetep beli yeee :P
"Bungkus ya pak, satu", kataku.
"Oke neng...", asekkk bapaknya (-_-")
Aku menepi karena takut kena matahari dan sambil melihat sang bapak penjual menyiapkan pesananku, kukeluarkan si hape. Sinyal lumayan.
Tapi kemudian....elek!
Heh...aku menyerah.
Dan demi menghilangkan kebosanan, akhirnya kulihat saja sang bapak penjual meracik lotis.
Bengkoang, set set set....diiris.
Mangga muda, set set set....diiris.
Timun, set set set....diiris.
"Wuih tajem bener deh pisaunya..., gimana kalau kena tangan tuh"
Beberapa detik kemudian
Set set set....diiris....
Aku : (memperhatikan jari telunjuk)
Masya Allah darah coy....
Aku : (nelen ludah)
Si bapak penjual = (melanjutkan bekerja)
Aku : (hendak membatalkan pesanan tapi nggak enak karena udah nungguin dan dibuatin)
Si bapak penjual = (mungkin merasa diperhatikan atau perih, belum selesai pekerjaannya dia ke arah samping gerobak dan mencuci tangannya)
Aku : (masih nelen ludah dan memperhatikan)
Beberapa menit kemudian
"Neng, ini pesenannya"
Aku (gelagepan), "Eh iya pak...", kuserahin uang pas dan buru - buru pergi tanpa mendengar ucapan terimakasih sang bapak.
Sampai di kost....
Lotis masih terbungkus rapi.
Perut : LAPERRR COYYY....
Aku : Buang aja kali ya...
Perut : Jangan coyy, makan aja...
Aku : *nyerah
Kubuka lotis dan ketika hendak kumakan (SUMPAH MASIH KEDERRR INGET DARAHNYA SI BAPAK T_T)
:D
Tapi jangan khawatir, ada banyak jalan menuju Roma...hahahahaha
Akhirnya tanpa pikir panjang, kuambil air minum dan kucuci itu lotis sebelum kumakan.
Hasilnya.....rasanya sedikit berkurang, tapi daripada harus berasa darah (Wewww!)