Siapa yang akan tahu kalau sebenarnya
kesalahan yang kita buat dimasalalu justru membuka gerbang keberhasilan dimasa
sekarang. Cerita ini mungkin tak semenarik cerita cinta para putri raja dan
memang para tokohny juga tak ada yang keturunan raja, tapi kalau raja bonar
mungkin ada. Kisah cinta yang dibumbui kenyataan bahwa ini mungkin hanya fiktif
belaka semakin menarik perhatian bahkan para penonton sepakbola (okelah-malah
ngelantur).
Maka
dikisahkan pada suatu hari yang panjang dimana seorang gadis bernama Cempluk
mulai merasakan bahwa hidupnya membosankan. Ketika dia berjalan di lorong
kampusnya yang mirip sebuah rumah sakit ternama, tiba-tiba dia menemukan sebuah
brosur dengan tulisan:
“ PENDAFTARAN ANGGOTA BARU MARCHING
BAND”
Dengan senyum mengembang dan angin
semilir di sekitarnya, cerita pun dimulai.
----------------------------------
“ Siapp grakk…”
“ Band horn up…”
“ March time march and tu wa ga…”
“ Kiri-kiri-kiri…”
Aku melirik ke samping dan batinku saat
itu, ‘ Kenapa kanan tak pernah disebukan? Toh itu akan berguna agar suasana
latihan tak membosankan’
Jadi bayanganku saat itu, “March time
march and tu wa ga…kiri-kanan-kiri-kanan-diam sedetik-kanan-kiri-kanan…”
Itulah kawan, sepenggal kegiatan ketika
kita sedang latsar alias latihan dasar. Hal ini perlu dilakukan sebelum
akhirnya kita mendapat materi yang lebih tinggi tingkatannya.
Oke-mungkin
kita sebelumnya belum pernah bertemu ataupun kenal. Tapi tentu saja kamu akan
tahu aku ini siapa karena sebentar lagi aku akan memperkenalkan diri.
Akhir-akhir ini manusia sudah nggak bisa lepas dari yang namanya jejaring
sosial. Dari mulai anak-anak ababil hingga yang udah tua-tua kenal dengan yang
namanya facebook dan kini mulai meningkat kepada twitter. Tak mau dibilang
ketinggalan jaman, meski muka tak pernah se-update fashionista, aku juga punya
situs jejaring sosial itu. Awalnya biasa saja hingga aku mulai keranjingan
update sana-sini hanya sekedar mengusir kejenuhan atau mengisi waktu luang.
Lalu kemudian aku mulai kuliah dan jejaring sosial itu tak sekedar jadi situs
update status doang, tapi udah mulai bermartabat perannya sebagai pencari teman
baru terutama karena posisiku waktu itu masih jomblo (lalu???ohh-forget it)
Dan dimulailah kisahku bersama nama dari
situs jejaring sosialku. Aku tak akan menyangka namaku akan terkenal dan jadi
bahan olok-olokan menyenangkan semenjak aku masuk marching. Tak akan ada yang
mengetahui bagaimana namaku bisa menjadi berbeda dari nama asliku, tapi tenang
aku akan bercerita.
Dikisahkan bahwa jaman dahulu kala, saat
di SMA aku memang mempunyai panggilan akrab. Setidaknya hanya teman-teman
terdekatku sajalah yang memanggilku seperti itu dan seingatku itu hanya saat
aku kelas XI saja. Panggil aku Cempluk. Entah asal muasalnya darimana tapi yang
jelas sahabatku memanggilku seperti itu karena posturku saat itu yang masih
cubby. Cempluk merupakan bahasa Jawa yang artinya cubby dan begitulah, saat
situs jejaring sosial mulai meracuni otak-otak anak sekolahan termasuk aku, aku
menamainya dengan Niets Cempluk. Mungkin dibilang alay namaku jika itu kubuat
tahun sekarang. Api dulu ketika awal-awal meledaknya fesbuk, aku justru
berpikir ulang untuk memakai nama asliku, takut ketahuan (hee). Dan di situlah.
Tak bermasalah setelahnya aku memakai nama itu untuk situs jejaring sosialku
dan teman-temanku tetap memanggilku dengan nama asliku. Benar-benar tak
bermasalah. Hingga suatu hari, ketika aku ditakdirkan untuk masuk marching band
dan bertemu dengan spesies-spesies yang sebelumnya belum pernah kukenal, aku
mulai menyadari efek dari nama situs jejaring sosialku. Entah setan apa yang
merasukiku waktu itu, tapi aku sangat keranjingan marching band beberapa bulan
sebelum aku benar-benar bisa mendaftar ke sana (untuk yang kedua kalinya,
bagian ini tak perlu kuceritakan di sini). Kurelakan hari-hariku ketika mereka
tampil berparade atau yang lain untuk datang dan memfoto mereka. Aku sebenarnya
tak ingin mereka mengenalku, tapi karena memang aku sudah berkawan dengan
mereka di fb, iseng-iseng kutaq saja foto-foto mereka disana. Dan ketika aku
benar-benar bisa merasakan suasana latihan, mulailah mereka tahu siapa aku
sebenarnya.
Berkawanlah aku dengan Ical dan Ella. 2
spesies antik di section colour guard kami. Ical terutama biang keroknya karena
dia entah iseng entah kenapa tertarik mencari namaku di google. Bukan kawan,
bukan nama asliku tapi nama mediaku alias Cempluk. Lalu entah bagaimana caranya
tiba-tiba semua orang memanggilku Cempluk.
Hahahaha-aku bahkan ingin tertawa
sekarang kawan. Bagaimana nama itu tiba-tiba bisa terkenal begitu saja, padahal
dulu orang jelas tak akan melirik siapa atau apa cempluk itu, hee :P. Tak
berhenti sampai di situ kami satu tim bahkan punya yel yel tentang Cempluk.
“ Cemplak Cempluk Jos!”, kau pasti akan
mendengarnya tiap kali kami tos.
Haaa-aku bagaikan boneka bagi mereka
kawan. Tapi boneka kesayangan, so aku nggak akan merasa telah dibully. Karena
entah kenapa, tapi aku memang tak pernah marah walau mereka menyanyikan lagu
ulang tahun versi Cempluk.
“ Happy Birthday to you…Cemplak Cempluk
Jos…Happy Birthday to you…Cemplak Cempluk Jos….”
Atau lagu Maju Tak Gentar
“ Maaaajuuuu tak
gentarrrrrr….membeeeelaaaa yang benarrr…Cemplak Cempluk Jos…”
Semua itu seperti es di gurun yang
panas. Penyejuk saat masalah datang dan tim kreatif di balik itu semua
benar-benar telah membawakanku sebuah kebahagiaan.