"Tangis seorang wanita bernilai seribu kata....Pahami hatinya bukan kata-katanya "
Sebuah status di media sosial yang menggugah hati.
Ada kalanya kita berjalan bukan di jalan yang benar. Ada kalanya juga kita berjalan di jalan yang benar tapi kita tak benar-benar paham bahwa itu benar hingga akhirnya terjebak dalam pemikiran sendiri untuk kemudian memilih jalan lain yang tak benar. Namun ada kalanya kita berjalan di jalan yang salah tapi kita percaya bahwa jalan itu benar.
Kalau saja aku ini bukan seorang gadis yang terjebak dalam sulitnya untuk mengungkapkan rasa tanpa peduli apakah itu akan membuatnya sakit atau tidak, mungkin aku tak akan menulis ini sekarang, tak akan berusaha mencari pelampiasan hanya untuk sekedar menumpahkan isi hati agar terasa lapang kembali.
Ya..tangis itu, air mata itu...bernilai seribu kata. Apa yang tak bisa diungkapkan telah ia tumpahkan segalanya dalam seribu tetes air mata yang keluar darinya. Setiap apa yang hendak dia katakan sebelumnya tertumpahkan di sana. Hanya saja....
Ingin kuberkata, "Janganlah kita begini sekarang "
Kemudian kuharap dia bertanya, " Kenapa?"
" Aku ingin menjadikanmu spesial di saat yang tepat nantinya. Aku takut kamu bosan denganku sekarang "
" Tak mungkin aku bosan denganmu..."
Aku menggeleng, " Tak mungkin...hatimu lebih lembut dariku, kau akan berpaling tanpa kau sadari telah menyakiti hatiku "
Kemudian dia akan memandangku dan bertanya, "Kau tak percaya padaku?"
" Bukan aku tak percaya, bukan aku tak cinta, bukan pula aku tak sayang padamu....hanya saja ini semua bukan seperti aku. Aku menginginkan sebuah kebersamaan dari hati yang terdalam, bukan hanya sekedar cinta semu sebuah hubungan "
" Aku tak mengerti ucapanmu "
" Hatiku....aku ingin kau menyentuh hatiku bukan hanya dari fisikku",kemudian aku akan tertunduk lesu, "...aku menyayangimu, sudah terlambat untuk pergi darimu sekarang.....tapi aku hanya ingin engkau bersabar untukku "
" Dalam hal apa?"
" Segalanya..."
Hening sesaat. Kemudian dia bertanya kembali, "Kau ingin pergi dariku sekarang?"
Aku menggeleng, "Tidak...aku ingin bersamamu, hanya saja aku ingin sedikit melambat.....proses ini, aku ingin menikmatinya sejenak...."
Dia memandangku dan aku-bodoh sekali aku tak mampu membaca pandangannya.
Tangis itu bernilai seribu kata. Pahami hatinya bukan kata-katanya.
Kemudian dia berkata," Malaikat kecilku....apa yang telah kulakukan menyakitimu?"
Aku tak menjawab. Sekali lagi tangis itu bernilai seribu kata...
'Sesakit-sakitnya hatiku karenamu, akan selalu ada berjuta-juta maaf untukmu'
Mengertilah bahwa aku akan selalu membutuhkanmu untuk saling menjaga sakit itu tetap ada agar kita selalu dekat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar